Dalam dunia detailing mobil, teknologi abrasif berperan penting dalam menentukan efektivitas suatu kompon atau obat poles. Dua teknologi abrasif yang umum digunakan adalah SMAT (Super Micro Abrasive Technology) dan DAT (Diminishing Abrasive Technology). Keduanya memanfaatkan partikel abrasif berbasis alumina (aluminium oxide), tetapi memiliki cara kerja yang sangat berbeda saat digunakan pada permukaan cat mobil.
Pada teknologi DAT, partikel abrasif alumina memiliki ukuran besar di awal, lalu perlahan hancur (diminishing) menjadi partikel halus selama proses pemolesan. Mekanisme ini membuat DAT ideal untuk proses bertahap: awalnya memotong (cutting) goresan berat, kemudian secara alami berpindah ke tahap finishing saat partikel semakin kecil. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada lamanya waktu dan tekanan pemolesan agar seluruh partikel benar-benar terpecah.
Sebaliknya, SMAT menggunakan partikel alumina mikro yang seragam sejak awal dan tidak berubah ukurannya selama proses pemolesan. Ini membuat daya potongnya konsisten dan segera terasa sejak pertama kali ditekan ke permukaan cat. Karena tidak menunggu partikel hancur, SMAT cenderung lebih cepat dalam menghilangkan cacat permukaan ringan hingga sedang.
Dalam konteks paint correction, pemilihan SMAT atau DAT sangat memengaruhi hasil kerja. SMAT unggul untuk pekerjaan yang membutuhkan kecepatan, efisiensi, dan hasil seragam, terutama pada clear coat modern yang keras. DAT, meskipun lebih lambat, memberikan transisi alami ke tahap finishing, sehingga lebih cocok pada clear coat yang lunak atau pada detailer yang mengutamakan hasil halus tanpa goresan mikro (hologram).
Jenis clear coat memegang peran besar dalam menentukan teknologi abrasif yang paling efektif. Clear coat keras seperti pada mobil Eropa sering membutuhkan compound dengan SMAT agar cukup agresif dalam memotong swirl dan goresan. Sebaliknya, clear coat lunak seperti pada beberapa mobil Jepang atau Korea lebih mudah diperbaiki menggunakan DAT karena abrasif yang melembut secara bertahap mengurangi risiko menimbulkan micro-marring baru.
Di sisi lain, SMAT lebih mudah dikontrol dalam hal hasil yang konsisten. Karena ukuran partikel tidak berubah, detailer dapat berhenti kapan saja tanpa khawatir partikel masih dalam fase “kasar”. Ini sangat berguna untuk pengerjaan panel demi panel, di mana setiap bagian harus selesai secara merata. DAT memerlukan “cycle time” yang lengkap agar partikel hancur sepenuhnya; jika dihentikan terlalu cepat, hasilnya bisa meninggalkan haze atau micro scratch.
Selain itu, penggunaan SMAT memungkinkan formulasi compound modern yang lebih ramah pengguna: debu lebih sedikit, waktu kerja singkat, dan tidak memerlukan tekanan berat. DAT umumnya memerlukan tekanan lebih besar dan kecepatan mesin tinggi agar partikel cepat pecah, yang dapat meningkatkan panas dan risiko burn-through pada clear coat tipis.
Namun demikian, SMAT juga memiliki keterbatasan. Karena tidak berubah ukuran, partikel mikro yang sama dapat meninggalkan jejak halus (micro hazing) pada clear coat lunak jika tidak diikuti tahap finishing polish. Oleh karena itu, banyak detailer profesional tetap menggunakan sistem bertingkat: compound SMAT untuk koreksi cepat, lalu finishing polish berbasis DAT atau SMAT dengan abrasif lebih halus.
Kombinasi keduanya sering kali menjadi solusi optimal. Beberapa produk compound bahkan menggabungkan karakteristik SMAT dan DAT, di mana ada campuran partikel seragam kecil dan partikel besar yang hancur perlahan. Pendekatan hybrid ini berupaya memberikan agresivitas awal tinggi (dari SMAT) dan hasil akhir halus (dari DAT) dalam satu langkah.
Kesimpulannya, teknologi abrasif,baik SMAT maupun DAT merupakan kunci dalam proses paint correction. Pemilihan jenisnya harus disesuaikan dengan jenis cacat cat, kekerasan clear coat, dan tujuan akhir hasil poles. Dengan memahami karakteristik kedua teknologi ini, detailer dapat merancang strategi koreksi cat yang efisien, aman, dan menghasilkan permukaan bebas cacat sekaligus mengilap sempurna.